TUGAS DIKPUS : TANTANGAN MASA DEPAN

Yusuf Farhan

16620291

Kelompok 81

Polarisasi di Media Sosial

Media sosial sudah menjadi bagian besar dari kehidupan mayoritas warga Indonesia, terutama anak muda. Apalagi ketika masa pandemi yang membatasi berbagai aktivitas sosial yang dilakukan secara langsung, media sosial pun menjadi pelarian untuk tetap dapat berinteraksi dengan orang lain. Seperti yang kita tahu, media sosial sendiri memiliki dampak positif dan negatifnya. Salah satu dampak positifnya adalah memungkinkan kita untuk tetap dapat berinteraksi dengan orang lain tidak peduli perbedaan tempat dan waktu, selama masih memiliki koneksi internet kita tetap dapat berinteraksi dengan orang lain. Di sisi lain, media sosial juga memiliki dampak negatif seperti kecanduan dan depresi. Mungkin, sudah banyak artikel dan penelitian yang kita baca tentang dampak negatif tersebut. Tapi apakah kalian tahu tentang polarisasi yang terjadi di media sosial?

Apa itu polarisasi? Apa sih yang menyebabkan polarisasi di media sosial?

Menurut KBBI, polarisasi memiliki arti pembagian atas dua bagian (kelompok orang yang berkepentingan dan sebagainya) yang berlawanan. Secara sederhana, polarisasi dapat diartikan sebagai penggiringan opini kepada seseorang terhadap suatu sisi dari permasalahan. Contohnya ketika suatu pemilihan kepala daerah yang terdiri dari 2 kandidat. Polarisasi dapat menyebabkan seseorang menjadi fanatik terhadap salah satu kandidat dan sangat anti terhadap kandidat lainnya. Media sosial dapat menjadi pemercepat laju terjadinya polarisasi ini. Hal ini disebabkan oleh cara kerja media sosial itu sendiri.

Media sosial menggunakan algoritma untuk menampilkan konten kepada konsumennya. Misalnya ketika anda menyukai sebuah konten mengenai otomotif. Algoritma media sosial menganggap hal tersebut sebagai input bahwa anda menyukai otomotif. Kemudian, algoritma itu memutuskan untuk menampilkan lebih banyak lagi konten mengenai otomotif. Hal ini wajar terjadi karena memang begitu cara media sosial bekerja. Cara kerja inilah yang memungkinkan terjadinya polarisasi.

Kembali kepada contoh peristiwa pemilihan kepala daerah. Misalnya, seorang pengguna media sosial yang awalnya belum memihak kepada salah satu kandidat dapat melihat sebuah konten yang mempromosikan kandidat A. Kemudian pengguna tersebut menekan tombol like pada konten tersebut. Media sosial memutuskan untuk menampilkan lebih banyak lagi konten mengenai kandidat tersebut. Semakin lama, semakin banyak informasi yang pengguna tersebut konsumsi mengenai kelebihan kandidat A. Bukan sebuah kemustahilan bahwa pengguna tersebut menjadi pendukung kandidat A. Hal ini menjadi masalah ketika pengguna tersebut tidak bijak ketika bertemu dengan pengguna media sosial yang mendukung kandidat B. Berbagai konflik dapat terjadi di platform media sosial tersebut.

Seperti yang kita lihat pada contoh bahwa polarisasi dapat berbahaya, terutama ketika para pengguna media sosial tidak sadar akan keberadaan hal ini. Untuk itu, penting untuk kita mengetahui polarisasi yang dapat terjadi. Mungkin untuk sekarang belum ada cara cara khusus untuk menghindari polarisasi itu sendiri karena sudah menjadi cara kerja fundamental media sosial. Tetapi, langkah preventif tetap dapat diambil. Yaitu dengan cara menggunakan media sosial secara bijak. Kita harus dapat selektif sebelum menerima isi sebuah konten yang tersajikan di media sosial. Sehingga kita tidak terkena dampak dari polarisasi yang terjadi.


#TantanganMasDep
#KATITB2021


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Blood Falls

Formal Letter Example

Invitation Letter Analysis